Suatu hari, Wahib mendapat kabar dari Rumah Sakit Jiwa, bahwa dia mendapat
beasiswa untuk kuliah di Semarang. Tepatnya di IAIN Walisongo. Iya, yang
kampusnya ijo-ijo itu, kayak Indomie goreng cabe ijo...
Sekilas info, Wahib adalah anak juragan
petai dari Demak. Ayahnya sangat kaya raya. Wahib beruntung terlahir dari
keluarga berada. Pendidikannya bagus. Dia lulusan SMA favorit di Desanya. Dari
TK, SD, SMP, SMA, semuanya favorit... *sekali lagi, di Desa!*
Nama ayahnya Pak Soleh. Sang ayah ingin
menyekolahkan si Wahib ke luar negeri, biar bisa mengembangkan usaha petai-nya itu. Wahib pun
termotivasi oleh ayahnya, Pak Sholeh. Wahib ingin mengembangkan usaha ayahnya,
dengan membuat rasa petai-nya itu tidak monoton. Wahib bercita-cita membuat
petai rasa coklat, stroberi, rasa gula kacang, dan rasa mantan. Sungguh
cita-cita yang mulia.
Tapi, setelah dipikir-pikir, Wahib lebih
memilih untuk mengambil beasiswa di IAIN itu. Pak Soleh sangat tidak
setuju. Lalu, Wahib pun galau membahana, sampai meneteskan air kobokan. Wahib
berusaha menjelaskan ke Ayahnya, bahwa cita-citanya untuk menjadi pengusaha
petai yang bisa Go
International, tidak akan padam. Pak Soleh terharu mendengar pernyataan
Wahib. Hingga keduanya haru dalam hangat sebuah pelukan. Pak Soleh menangis,
seakan terharu bangga punya anak seperti Wahib. Padahal, ayahnya menangis
karena keteknya Wahib sangat bau.
Singkat cerita, Wahib pun berangkat ke
Semarang untuk kuliah di IAIN. Dia membawa bekal 500 ekor petai bedebahnya itu,
untuk persediaan empat tahun di Semarang. Gerimis kecil mengiringi
perjalanannya. Diantar oleh delman istimewa, Wahib pun duduk di muka. Muka pak
kusir yang sedang bekerja. Tak lama kemudian, pak kusir pun marah karena
mukanya diduduki.
Sesampainya di Semarang, Wahib bertemu dengan
cowok tampan bernama Ofa. Ofa juga baru datang dari Kudus. Dia juga mendapat rekomendasi beasiswa
dari rumah sakit bersalin di dekat pengkolan kota. Setelah keduanya berkenalan,
akhirnya mereka berjanji untuk selalu bersama, sehidup semati... so sweet.. Ya,
Wahib dan Ofa sepakat untuk tinggal di kos yang sama. Keakraban mereka
mulai terlihat. Makan berdua, tidur berdua, mandi berdua, kuliah juga satu
bangku. Saking akrabnya, mereka sering tukeran celana dalem.
Dua tahun belalu, empat semester dijalani.
Saking rajinnya, mereka tak punya waktu untuk pacaran. Ya, mereka tak sadar
mempunyai aib mengerikan, yaitu jomblo, yang bisanya hanya bersenggama dengan
buku dan sabun. Terakhir, mereka beriuran untuk membeli sabun.
Wahib dan Ofa, adalah mahasiswa yang tekun. Keduanya rajin belajar dan membaca buku LKS kelas 1 SD. Saking bagusnya nilai mereka, keduanya sering ikut SP (ifYouKnowWhatimean). Jadinya mereka lupa untuk pacaran.
Wahib berinisiatif untuk mencari pacar.
Mengakhiri kejombloan adalah sebuah keharusan, agar tidak dilecehkan sebab
selalu makan sendiri di kantin. Dengan mengikuti kegiatan ekstra dan organisasi
kampus, dia berharap segera mendapat gebetan. Karena menurutnya, banyak cewek
yang akan ikut.
Akhirnya, dia mengenal sesosok gadis cantik bernama Yati. Yati adalah cewek paling cantik di jurusan perbankan. Body-nya mirip lemper Demak. Wahib suka Yati, tapi Wahib sadar bahwa dia tak lebih ganteng dari Tukul Arwana. Pun dia juga punya penyakit lidah yang permanen, yaitu cadel, yang nanti akan berpengaruh terhadap elektabilitas-nya sebagai aktifis.
Kemudian, Wahib meminta saran sama Ofa,
bagaimana caranya biar Yati bisa suka sama dia. Wahib memang bertemu orang yang
tepat untuk berkonsultasi. Ofa sangat berpengalaman dalam ditolak.
Setelah PDKT selama 5 semester, akhirnya Wahib punya nyali untuk nembak si Yati.
“Yati, maukah kamu jadi pacalku, jadi
latu di hatiku, jadi peli kecil di setiap malamku?” ungkap Wahib dengan
gaya cadel haramnya, pada si Yati.
“Apaaaahh!!! Kamu nembak akkuuuhh, Hib?” Yati merinding seksi mendengar ungkapan Wahib. Dia tak menyangka
akan ditembak secara tidak terhormat dengan gaya cadel mugholladohnya si
Wahib.
“Maaf, Hib... kamu telat.. akuhh udah punya
pacar... Namanya Jucky, dia ketua HMI. Kamu sih, gak dari kemarin-kemarin
nembaknya” kata Yati (pura-pura) sedih.
Seketika itu, hati Wahib berantakan. Kayak bedak cewek yang luntur kena
keringet.
Sesampainya di kos, Wahib menangis di
sela-sela ketek si Ofa yang berbulu tebal nan panjang. Wahib merasa nyaman bak
di taman surga, sampai tertidur pulas setelah puas menceritakan semuanya.
Kini, Wahib sudah semester delapan.
Semester paling kejam yang biasanya dilalui seorang mahasiswa. Tapi, dia masih
setia menunggu Yati sampai putus dengan pacarnya. Setia memang menyakitkan,
apalagi setia sama pacar orang. Meski begitu, Wahib tetap semangat. Walau
ribuan purnama telah lewat, Matahari pun berhianat, namun nama Yati tetap lekat
di hati tanpa karat. Eccieeeee... *senyum ganteng*
Akhirnya, setelah penantian panjang si
Wahib, entah tersebab apa, Yati putus dengan pacarnya, Jucky. Wahib tertawa
girang mendengar kabar monyet itu (karena
burung terlalu mainstream). Padahal, Yati sangat sedih. Tapi Wahib tak mau
lama-lama, dia sadar bahwa ini kesempatan emas baginya. Dia segera mengusap
airmata yang mengalir di sudut lesung pipi si Yati.
Wahib mencoba kembali menyatakan cintanya
pada si Yati. Lagi-lagi, Yati merinding sekujur body mendengar suara itu. Yati
pun memutar otak mencari alasan untuk menolak Wahib. Akhirnya, Yati bilang
bahwa dia akan menerima Wahib, jika bisa mengucapkan dengan fasih nama lengkap
Yati, “Reggina Hidayati”.
Ya, nama Yati terdapat satu huruf “R” yang tak akan mungkin diucapkan oleh Si Cadel Najis seperti Wahib.
Wahib pun bingung tak karuan. Persyaratan
Yati sangat sulit. Mustahil
Aqli bagi dia untuk
memenuhinya. Wahib mencoba berbagai cara. Semuanya dia lakukan. Dari berobat ke
dukun beranak, sampai semedi di bawah jemuran beha. Tapi, kesemua itu tetap
tidak membuatnya menemukan hasil. Lidahnya terlalu pendek untuk menyentuh
langit-langit rongga mulut. Dia hanya bisa galau meratapi nasibnya. Setiap
hari, Wahib menangis di bawah sintalnya sinar rembulan. Hidungnya yang segede
tempolong krupuk itu selalu mengeluarkan ingus banyak.
Setelah berusaha sekuat tenaga, memeras
susu dan membanting piring, dia menemui si Yati dan bilang bahwa dia sudah
ikhtiar sekuat tenaga. Tapi, Tuhan berkata lain. Leggina Hidayati sangat sulit
dia ucapkan. Dan akhirnyaah.... Eng ing eeeengg... Wahib ditolak
kesekiankalinya. Ya, Yati tak suka dengan cowok cadel.
****
Lain cerita, seperti biasanya, Ofa langsung
pulang ke kos ketika jam kuliah usai. Ya, dia mahasiswa kupu-kupu, habis kuliah langsung pulang. Beda
dengan si Wahib yang aktipis kampus, Ofa lebih tertarik untuk tidur sepulang
kuliah. Makanya, kenalan cewek si Wahib lebih banyak daripada Ofa. Tapi,
nyatanya tingkat kejombloan Wahib lebih keterlaluan daripada Ofa.
Ofa yang baru saja pulang kuliah, tak
sengaja melihat Yati. Ofa yang pada saat itu juga jomblo, tak mau menyiakan kesendirian
Yati. Dia juga berharap bisa jadi pacar Yati. Secaraaa... Yati itu cewek tercantik di fakultas.
Jika jadi pacarnya Yati, predikat Ofa akan naik menjadi cowok terganteng
se-fakultas. Ini semacam “pagal makan tanaman” kepada si Wahib.
Pendek cerita, Ofa diterima cintanya oleh
Yati. Kemudian Ofa mengganti nama akun Facebook-nya dengan “Offha Chelaluu
Cuaayyang Yhaatii”. Wahib tergulai lemas mendengarnya. Wahib kecewa. Ofa
yang selama ini selalu meminjam sempak motif bunganya, tega merebut “pacar
yang tertunda”-nya.
Seiring berjalannya waktu. Persediaan petai
sudah mulai habis. Dan skripsi-pun telah merenggut umur mereka. Akhirnya di
acara wisudanya, Ofa didampingi Yati dengan romantis, dan Wahib pun merasakan
perih luka teriris.
Wahib pasrah dengan takdirnya. Saatnya
Wahib untuk pulang ke Demak. Dijemput delman yang tak seistimewa dulu. Dia juga
tak mau lagi duduk di muka pak kusir yang sedang bekerja. Sesampainya di rumah.
Dia meneruskan usaha petai yang sudah temurun dari nenek moyangnya. Padahal,
nenek moyangnya adalah seorang pelaut.
Hati kecil Wahib merasa sedih. Di samping
tertolaknya cinta Wahib, dia juga gagal membuat petai aneka rasa yang dia
impikan dulu, karena dia Sarjana Astronomi. Dia bingung mengembangkan bakatnya.
Karena tak mudah memadukan antara “Petai” dengan “Astronomi”. Terbesit ide,
Wahib akan menanam pohon petai di planet Mars.
***
THE END