Sabtu, 17 Maret 2012

Tentang Saya

     Perkenalkan, nama saya Musthofa Muhammad. Bukan Mustafa Ibrahim atau Mustafa Debu. Emak kandung saya -yang kalau nyuruh solat suaranya kayak malaikat Izroil- biasa memanggil saya dengan panggilan Ofa. 

     Kata emak saya, saya ganteng. Bukan karena saya memang anaknya, tapi karena emak saya termakan gossip murahan yang beredar di ibu-ibu tahlilan, bahwa saya mirip sekali dengan Afgan. Kadang, dengan memanfaatkan kegantengan saya yang berlebihan, emak saya pernah menukarkan saya dengan beberapa gorengan. (kalimat yang terakhir gak beneran!)

      Menurut KTP, saya dilahirkan di Kudus, pada tanggal 14 Desember 1991. Usia yang cukup matang untuk macarin cabe-cabean, kan?. Kata bapak saya, saya lahir dengan jenis kelamin laki-laki (sebetulnya ini gak penting). Saya sekarang baru berumur 17 tahun (di tulis pada zaman Majapahit). Karena dilahirkan pada puncak musim hujan, saya memiliki hobi menulis (maaf kalau tidak nyambung, tapi lumayan lah buat nambahin biodata).

    Sejak kecil saya bercita-cita ingin jadi astronot, maka dari itu orang tua saya menyekolahkan saya di madrasah, dan memasukkan saya di pondok pesantren. Lumayan lah, kalau lulus bisa mengisi kekosongan pengajar madrasah-madrasah di luar angkasa.

      Saya juga pernah tidak sengaja kuliah di UIN Walisongo Semarang, jurusan Islamic Astronomy. Sempat juga menjadi wartawan loper Koran dan pernah bekerja di salah satu kantor psikologi. Tapi, akibat kondisi kejiwaan saya mendekati gila, saya dikeluarkan dari kantor tersebut- (oke, yang ini ngarang). Terakhir, saya bekerja sebagai tukang ojek pribadi ibu saya untuk mengantar ke pasar.

Saya termasuk tipe laki-laki yang berprinsip (walaupun sering goyah) dan penyayang orang tua (kalau ada maunya). Saya sekarang sudah punya pacar, namanya Raisa Andriana. Sebenernya saya gak mau sombong, takut dikejar-kejar sama wartawan gossip akibat hubungan spesial saya dengan Raisa. Jadi, jangan kasih tau yang lain ya...

Ummmm... apa lagi ya? Oh iya, berat badan saya 63 kg. Tinggi: 174 cm. Ukuran sendal: 43. Ukuran celana dalam: "L". Film favorit saya "Beranak dalam Kubur". Buku favorit saya: buku gambar. Penulis favorit saya: Radityadika.  

   Sebetulnya, saya membuat blog ini sebagai tempat menuliskan unek-unek dan kisah manis sampai tragis yang pernah saya alami. Bukan sebagai tempat mesum. Jadi, jangan cari tempat sepi di blog saya untuk mesum...

Mohon maaf, saya tidak memasang pas foto setengah badan. Selain karena ini bukan KTP, saya takut dibilang sombong dan RIYA karena menghambur-hamburkan kegantengan saya.

Selamat membaca...

Sekian dan terimabalikansamamantan...

Rabu, 18 Januari 2012

Pacar Saya

Bagi cewek-cewek yang ngefans sama saya, silahkan berkecil hati, karena saya sebenarnya sudah punya pacar; namanya Raisa Andriana *kalau gak percaya amini saja*.

Sebenarnya hubungan saya dengan Raisa terbilang masih seumur jagung bakar, akan tetapi saya sudah berani menginjak ke jenjang yang lebih serius. Raisa lah yang sebenarnya membuat saya move on dari mantan saya; Nabilah JKT 48.

Ya, sebelum saya jadian sama Raisa, saya sempat ber-kakak-adekan dengan Nabilah. Kami, kakak-adekan selama setahun. Tapi, ya begitulah, yang namanya kakak-adekan itu sebenernya proses pacaran yang terselubung dan mencari aman.

Dikatakan mencari aman, karena kakak-adekan tak mengenal kata putus. Saya ingat betul waktu dek Nabilah mau mutusin saya. Dia bilang,

‘Mas, kamu sekarang udah beda. Aku gak bisa ngelanjutin hubungan kita. Kita putus!’

Saya pun dengan enteng menjawab,

‘Dek, emang ada adek mutusin kakaknya? Kakak-adekan gak mengenal kata putus… Bweeekk!’ kataku sambil menjulurkan lidah.

Ya sih, kakak-adekan emang gak bisa putus. Tapi status kakak-adekan bisa merenggang karena hadirnya kakak-kakakan atau adek-adekan yang lain. Akhirnya, dek Nabilah pun punya kakak-kakakan baru yang lebih membuatnya nyaman.

Butuh waktu lama bagi saya untuk move on dari dek Nabilah. Sekitar 12 semester. Gigi gingsulnya, senyum tipisnya, dan goyangan gergajinya (saat Nabilah masih jadi vokalis dangdut pantura), membuat saya selalu terbayang-bayang. Akan tetapi, kegalauan saya itu akhirnya terhapuskan oleh kedatangan Raisa.

Saya bertemu dengan Raisa beberapa bulan lalu. Awalnya, saya menonton konsernya di salah satu stasiun TV lokal. Saya lihat, pandangannya saat menyanyi tertuju pada saya. Dia juga sempat beberapakali tersenyum dan melambaikan tangan pada saya. Dari situlah, saya simpulkan bahwa Raisa naksir dengan saya. Dan dari situlah saya anggap dia adalah pacar saya.


Doakan saja, semoga saya cepat sadar.